Khutbah jum'at "KHUSYU' DALAM SHALAT DAN PENGARUHNYA BAGI SEORANG MUSLIM"

Jamaah jum'at yang dimuliakan Allah
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Ta’ala atas segala karunia, hidayah dan berjuta kenikmatan tak terhingga yang telah Dia anugerahkan kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta para keluarga, sahabat, dan semua orang yang mengikutnya hingga hari kemudian. Selanjutnya marilah kita meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yakni dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Khusyu’ memiliki kedudukan yang sangat besar. Ia sangat cepat hilangnya, dan jarang sekali didapatkan. Terlebih lagi pada jaman kita sekarang ini. Tidak bisa menggapai khusyu’ dalam shalat merupakan musibah dan penyakit yang paling besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga merasa perlu berlindung darinya, sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a,
اللهمَّ إني أعوذُ بكَ منْ قلبٍ لا يخشعُ
“Ya Allah, Aku berlindung kepadaMu dari hati yang tidak khusyu’. (HR. at-Tirmidzi)
Dan tidaklah penyimpangan moral menimpa sebagian kaum muslimin, kecuali karena shalat mereka bagaikan bangkai tanpa ruh, dan sebatas gerakan belaka. Ath-Thabrani dan selainnya meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ اَلْخُشُوعُ حَتَّى لاَ تَرَى فِيهَا رَجُلاً خَاشِعًا
“Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyu’ sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyu’.”
Sahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Yang pertama kali hilang dari agama kalian adalah khusyu’, dan yang terakhir kali hilang dari agama kalian adalah shalat. Kadang-kadang seseorang yang shalat tidak ada kebaikannya, dan hampir-hampir engkau masuk masjid tanpa menjumpai di dalamnya seorangpun yang khusyu’.
Jamaah jim'at yang dimuliakan Allah
Dengan khusu’ seseorang yang shalat dapat menyatukan antara keberhasilan lahiriyan dan kebersihan batiniyah, ketika dia berkata dalam ruku’nya,
خَشَعَ لَكَ سَمْعِى وَبَصَرِى وَمُخِّى وَعَظْمِى وَعَصَبِى
“Khusyu’ kepadaMu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku dan otot-ototku.” (HR. Muslim)
وَمَا اسْتَقَلَّتْ بِهِ قَدَمِى
“Dan apa yang ditopang oleh kedua kakiku.” (HR. Ahmad).
Dengan kekhusyu’an, akan diampuni dosa-dosa dan dihapus kesalahan-kesalahan, dan ditulislah shalat di timbangan kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam shahih Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلاَةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلاَّ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Tidaklah seorang muslim mendapati shalat wajib, kemudian dia menyempurnakan wudhu, khusu’ dan ruku’nya, kecuali akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar, dan ini untuk sepanjang masa.” (HR. Muslim)
Shalat apabila dihiasi dengan khusyu’ dalam perkataan, dan gerakkannya dihiasi dengan kerendahan, ketulusan, pengagungan, kecintaan dan ketenangan, sungguh ia akan bisa menahan pelakunya dari kekejian dan kemungkaran. Hatinya bersinar, keimanannya meningkat, kecintaannya semakin kuat, untuk melaksanakan kebaikan, dan keinginannya untuk berbuat kejelakan akan sirna. Dengan khusyu’, bertambahlah munajat seseorang kepada Rabbnya, demikian pula kedekatan Rabbnya kepadanya.
رِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah yang kedua
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وبعد,

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Termasuk hal terbesar untuk bisa tenang dan khusyu’ dalam shalat, yaitu merenungi dan meresapi makna. Ketika mengucapkan Allahu Akbar, maka renungkanlah kedalaman pemahamannya dan petunjuknya. Allah Maha Besar dari setan yang menipu di dunia. Allah Maha Besar dari nafsu syahwat, harta, kedudukan, dan anak. Maka mantapkan dan tanamkan ke dalam hati, kemudian laksanakan segala konsekuensinya.
Juga renungkanlah pahala yang besar pada setiap bacaan al-Fatihah, bacaan ruku’ ataupun bacaan-bacaan shalata lainnya. Renungkanlah pahala yang besar, di antaranya apabila imam mengucapkan,
غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
“Bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat.” Maka para malaikat mengucapkan ‘Amin’. Barangsiapa yang ucapan aminnya bersamaan dengan ucapan amin para malaikat, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Begitu pula renungkanlah pahala-pahala yang agung, serta keutamaan-keutamaan besar lainnya saat berdiri, duduk, dzikir-dzikir ruku’ dan sujud. Barangsiapa yang merenunginya, dia akan yakin dengan rahmat Allah, sesembahannya.
Termasuk yang bisa mengantarkan kepada khusyu’, yaitu wasiat Rasulullah yang kekal, “Shalatlah dengan shalat orang yang akan berpisah (dengan dunia)”. .
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Khusyu’ memiliki kedudukan yang sangat besar. Ia sangat cepat hilangnya, dan jarang sekali didapatkan. Terlebih lagi pada jaman kita sekarang ini. Tidak bisa menggapai khusyu’ dalam shalat merupakan musibah dan penyakit yang paling besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga merasa perlu berlindung darinya, sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a,
اللهمَّ إني أعوذُ بكَ منْ قلبٍ لا يخشعُ
“Ya Allah, Aku berlindung kepadaMu dari hati yang tidak khusyu’. (HR. at-Tirmidzi)
Dan tidaklah penyimpangan moral menimpa sebagian kaum muslimin, kecuali karena shalat mereka bagaikan bangkai tanpa ruh, dan sebatas gerakan belaka. Ath-Thabrani dan selainnya meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ اَلْخُشُوعُ حَتَّى لاَ تَرَى فِيهَا رَجُلاً خَاشِعًا
“Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyu’ sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyu’.”
Sahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Yang pertama kali hilang dari agama kalian adalah khusyu’, dan yang terakhir kali hilang dari agama kalian adalah shalat. Kadang-kadang seseorang yang shalat tidak ada kebaikannya, dan hampir-hampir engkau masuk masjid tanpa menjumpai di dalamnya seorangpun yang khusyu’.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url