PENGERTIAN,DASAR HUKUM,KETENTUAN DAN SYARAT SURAT SANGGUP


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Surat sanggup bayar atau   biasa juga   disebit “surat promes”     atau promes yang
dalam bahasa          Inggris disebut juga    promissory note    dalam akuntaansi dapat juga
disebut  “nota yang dapat diuangkan”    adalah merupakan  suatu   kontrak yang berisikan
janji secara     terinci dari  suatu pihak (pembayar) untuk     membayarkan  sejumlah uang
kepada  pihak  lainnya  (pihak yang dibayar). Kewajiban     ini dapat timbul  dari   adanya
suatu kewajiban pelunasan     suatu hutang. Misalnya    dalam suatu transaksi    penjualan
barang dimana pembayarannya  mungkin   saja  dilakukan   sebagian   secara  tunai   dan
sisanya dibayar dengan   menggunakan     satu    atau    beberapa promes. Dalam   promes
disebutkan   jumlah pokok   hutang serta   bunga   (apabila ada) dan    tanggal jatuh tempo
pembayarannya.    Kadangkala   dicantumkan   pula   adanya     suatu    ketentuan   yang mengatur   apabila si pembayar mengalami gagal bayar.
Perbedaan  pokok   antara   surat   sanggup  dengan wesel. Wesel merupakan surat
perintah membayar, sedangkan   surat sanggup adalah   surat   janji/kesanggupan     untuk
membayar. Karena   wesel   merupakan   surat   perintah   untuk   membayar  maka dalam
wesel   ada   pihak   yang   diperintah   untuk   membayar   yang   disebut  dengan tertarik,
sedangkan dalam surat sanggup tidak ada.













1.1  RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa pengertian dari pembangunan ?
1.2.2 Bagaimana peran pajak dalam pembangunan daerah ?
1.2.3 Bagaimana peran pajak dalam pembangunan nasional ?

1.2  TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembangunan
1.3.2 Untuk mengetahui peran pajak dalam pembangunan daerah
1.3.2 Untuk mengetahui peran pajak dalam pembangunan nasioanal


1.4 METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah melalui metode kepustakaan. Metode kepustakaan adalah dilakukan dengan mengumpulkan materi-materi melalui literartu yang dibaca.













BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SURAT SANGGUP
Istilah  surat   sanggup   berasal    dari   istilah     aslinya   dalam   bahasa  Belanda
orderbrieffe,  bahasa   Perancisnya   billet a orde,   bahasa   Inggrisnya   promissory  note.
Dalam   undang-undang   juga   dikenal   dengan   istilah   promesse   aan   order.    Surat
Sanggup  juga   disebut    surat      aksep.    Kata    aksep     berasal   dari   bahasa Perancis
accept”, artinya   setuju. Kata    sanggup atau   setuju    itu    mengandung    suatu    janji
untuk   membayar,   yaitu    kesediaan     dari    pihak     penandatangan   untuk membayar
sejumlah    uang    kepada    pemegang    atau    penggantinya   pada   waktu tertentu. Jadi
surat sanggup atau surat aksep adalah  surat   tanda   sanggup   atau      setuju    membayar
sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari tertentu(Abdulkadir Muhammad, 2003 :155).
Dalam   undang-undang    tidak    terdapat      perumusan      atau    definisi    surat
sanggup. Tetapi    dalam   pasal   174    KUHD   dimuat   syarat-syarat    formal   sepucuk
surat  sanggup. Syarat-syarat    formal   tersebut   dapat    dirumuskan   dari      pengertian
atau    definisi   surat sanggup itu “sebagai surat yang     memuat    kata      sanggup    atau
promesse aan    order,     yang     ditandatangani    pada     tanggal    dan    tempat tertentu,
dengan mana penandatangan    menyangupi    tanpa syarat     untuk membayar    sejumlah
uang    tertentu   kepada    pemegang    atau    penggantinya    pada   tanggal   dan   tempat
tertentu”

2.2 DASAR HUKUM SURAT SANGGUP (SURAT PROME/ASKEP)
Menurut   hasil    konferensi    Jenewa    1930    tentang penyeragaman pengaturan
surat wesel  dan    sanggup, ada    dua    cara    pengaturan    surat sanggup    yang    boleh
diikuti dan dipakai oleh Negara-negara peserta, yaitu :
a. pengaturan dengan cara mendetail
b. pengaturan dengan cara penunjukkan pada ketentuan tentang surat wesel
Negara-negara   peserta    boleh    mengikuti     salah     satu  cara tersebut, artinya
boleh mengatur surat   sanggup itu    tersendiri secara     terperinci, atau boleh    mengatur
dengan     cara menunjuk    kepada    ketentuan-ketentuan    yang berlaku bagi surat wesel
sesuai dengan sifat surat sanggup. KUHD    Indonesia menganut      cara      penunjukkan.
adapun    ketentuan-ketentuan    surat wesel   yang     sesuai dengan     sifat surat sangup,
karenanya    dapat    diterapkan   pada surat   sanggup. Menurut   ketentuan   pasal      176
KUHD, sebagai berikut :
1) Ketentuan tentang endosemen (Pasal 110 – 119 KUHD)
2) Ketentuan tentang hari bayar (Pasal 132 – 136 KUHD)
3) Ketentuan tentang hak regres dalam hal non pembayaran (Pasal 142 – 149,
151 – 153 KUHD)
4) Ketentuan tentang pembayaran dengan intervensi (Pasal 154, 158, 162
KUHD)
5) Ketentuan tentang turunnya surat wesel (Pasal 166 dan 167 KUHD)
19
6) Ketentuan tentang surat wesel yang hilang (pasal 167 a KUHD)
7) Ketentuan tentang perubahan (Pasal 168 KUHD)
8) Ketentuan tentang daluwarsa (Pasal 168a, 169 – 170 KUHD)
9) Ketentuan tentang hari raya, menghitung tenggang waktu dan larangan
penangguhan hari (Pasal 171. 171a, 172 dan 173 KUHD)
10) Ketentuan tentang surat wesel yang harus dibayar ditempat tinggal orang
ketiga ditempat lain dari pada tempat tersangkut berdomisili (Pasal 103 dan
126 KUHD)
11) Ketentuan tentang klausula bunga (Pasal 104 KUHD)
12) Ketentuan tentang adanya selisih dalam penyebutan mengenai jumlah uang
yang harus dibayar (Pasal 105 KUHD)
13) Ketentuan tentang akibat-akibat dari penempatan tanda tangan dalam hal tidk
adanya keadaan-keadaan sebagaimana dimaksud oleh Pasal 106 KUHD
14)Ketentuan tentang akibat-akibat dari penempatan tanda tangan oleh seseorang
yang bertindak tanpa hak atau yang melampaui batas haknya (Pasal 107
KUHD)
15) Ketentuan tentang surat wesel dlam blanko (Pasal 109 KUHD)
16) Ketentuan tentang aval (Pasal 129 – 131 KUHD)
Ketentuan-ketentuan   yang    tidak    ditunjuk   dalam    Pasal 176 KUHD,    tidak
berlaku          pada   surat    sanggup,    karena    ketentuan-ketentuan     yang      demikian
dipandang    tidak     sesuai      dengan    sifat surat sanggup. Semua ketentuan surat wesel
yang    berhubungan     dengan    akseptasi tidak    berlaku terhadap surat sanggup. Hal ini
disebabkan    perbedaan    sifat antara    surat wsel    dengan surat    sanggup. Surat  wesel
adalah   surat     perintah    membayar, sedangkan    surat    sanggup adalah     surat    janji
membayar (Abdulkadir Muhammad, 2003 : 161 – 163).
Di      Indonesia     ketentuan    mengenai     promes    atau surat sanggup bayar ini
diatur dalam    pasal    174 – 177   KUHD,    dimana menurut     KUHD      promes      adalah merupakan   penyanggupan tak  bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
pada tanggal  jatuh   tempo dan pada     tempat      pembyaran    yang    ditentukan dengan
mencantumkan    nama    orang yang    kepadanya    pembayaran  itu harus dilakukan atau
yang    kepada    tertunjuk    pembayaran harus     dilakukan    dengan ditandatangani oleh
20orang yang mengeluarkan    promes. Apabila     pada promes    atau      surat    sanggup
tersebut   tidak   tercantum    tanggal     jatuh tempo pembayaran, maka    dianggap    harus di bayar atas tunjuk.
Promes   atas unjuk   adalah    suatu   promes   yang tidak mencantumkan   tanggal
jatuh tempo pembayaran, dimana   pembayaran    harus dilakukan    setiap    saat   apabila
diminta          oleh        pemberi    pinjaman.    Biasanya    si     pemberi    pinjaman    akan
mengirimkan     pemberitahuan      dengan    tenggang    waktu  beberapa    hari    sebelum tanggal pembayaran yang diingginkan.
Dalam    hal pinjam       meminjam     uang antar    perorangan,   penandatanganan
promes   ini   adalah merupakan     suatu cara    terbaik guna  kepentingan perpajakan dan
pembuktian.   Promes   berbeda    dengan    dari surat   pengakuan   hutang, biasanya pada
surat  pengakuan    hutang     hanya merupakan    bukti atas    hutang    seseorang     tetapi
dalam      promes     tertera    adanya suatu persetujuan untuk melakukan pembayaran atas
jumlah   yang   tercantum    pada promes    tersebut. Kegunaan   lain   dari    promes yaitu
untuk   pembiayaan atas    kebutuhan    dana suatu    perusahaan    yaitu melalui penerbitan ataupun pengalihan surat berharga.



2.3 KETENTUAN SURAT SANGGUP
Agar    surat    sanggup    dapat    dikatakan    sebagai    surat  sanggup maka harus
berisikan hal-hal sebagai berikut :
a. Penyebutan ”surat sanggup” dimuat dalam teksnya sendiri.
b. Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
c. Penetapan hari bayarnya.
d. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
e. Nama orang yang kepadanya pembayaran harus dilakukan.
f. Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatanganinya.
g. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu.

Salah   satu    di atas   tidak ada    maka    surat    tersebut tidak    dapat   dikatakan
sebagai surat sanggup, kecuali :
a. Bila tidak menyebutkan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat
ditunjukkan.
b. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran maka tempat pembayaran maka
tempat penandatanganan dianggap sebagai tempat pembayaran, dan
c. Bila tidak menyebutkan tempat ditandatangninya maka dianggap
ditandatangani di tempat yang tertera di samping mana penanda tangan.
Surat   sanggup dapat    diterbitkan    oleh subjek   hukum baik  yang    merupakan
Subjek hukum   perorangan   maupun    badan    hukum. Khusus    surat    sanggup    yang
diterbitkan   oleh   badan   hukum    merupakan   Perusahaan     Pembiayaan       (financial
institution) yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan No.606/KMK/1995, tanggal 19 Desember 1995, yang pada intinya perusahaan pembiayaan dalam menerbitkan surat sanggup berlaku beberapa ketentuan yaitu :
a. Perusahaan pembiayaan dilarang menerbitkan surat sanggup kecuali sebagai
jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi kreditur.
b. Perusahaan pembiayaan dilarang memberikan jaminan dalam segala bentuk
kepada pihak lain, dan
c. Surat sanggup yang diterbitkan sesuai dengan yang dimaksud pada huruf a di
atas tidak dapat dialihkan dan dikuasakan kepada pihak manapun juga (non
negotiable).
Berdasarkan     huruf    b    di     atas,     maka     perushaan     pembiayaan     tidak
diperbolehkan      menjadi    penjamin    hutang     pihak    lain     termasuk   dalam bentuk
coporate quarantee.

2.4 SYARAT FORMAL SURAT SANGGUP
Mengenai     syarat-syarat     formal     surat    sanggup    diatur  dalam    Pasal 174
KUHD. Menurut ketentuan pasal    tersebut, setiap    surat     sanggup      harus     memuat syarat-syarat sebagai berikut :
1) baik klausula order, penyebutan surat sanggup atau promes atas pengganti, harus
dimuat dalam teksnya sendiri dan diistilahkan dalam bahasa surat itu ditulis
2) kesanggupan tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
3) penetapan hari bayar
4) penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan
5) nama orang kepada siapa atau penggantinya pembayaran harus dilakukan
6) tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatangani
7) tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup.
Syarat-syarat  formal tersebut di atas ini mutlak harus dipenuhi oleh sepucuk surat
sanggup. Hal    ini    ditentukan   dalam pasal 175 KUHD yang menyatkan bahwa apabila
salah    satu dari    syarat-syarat    tersebut   tidak ada, surat itu tidak berlaku sebagai surat
sanggup.











BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Surat sanggup atau surat aksep adalah  surat   tanda   sanggup   atau      setuju    membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada hari tertentu. Di      Indonesia     ketentuan    mengenai     promes    atau surat sanggup bayar inidiatur dalam    pasal    174 – 177   KUHD,    dimana menurut     KUHD      promes      adalah merupakan   penyanggupan tak  bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentupada tanggal  jatuh   tempo dan pada     tempat      pembyaran    yang    ditentukan dengan mencantumkan    nama    orang yang    kepadanya    pembayaran  itu harus dilakukan atau yang    kepada    tertunjuk    pembayaran harus     dilakukan    dengan ditandatangani oleh orang yang mengeluarkan    promes. Adapun ketentuan dari surat sanggup adalah sebagi berikut:
a. Penyebutan ”surat sanggup” dimuat dalam teksnya sendiri.
b. Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
c. Penetapan hari bayarnya.
d. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
e. Nama orang yang kepadanya pembayaran harus dilakukan.
f. Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatanganinya.
g. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu.
Mengenai     syarat-syarat     formal     surat    sanggup    diatur  dalam    Pasal 174
KUHD. Menurut ketentuan pasal    tersebut, setiap    surat     sanggup      harus     memuat syarat yang telah ditentukan didalam pasal tersebut.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url