Ensipedia.com – Menyambung “Suicide Squad (2016)”, semua pasti ingat bahwa Harley Quinn (Margot Robbie) adalah pacar dari Joker (Jared Leto) di film tersebut. Tapi kali ini, Joker memutuskan hubungan dan mencampakkan Quinn.
Harley Quinn sangat terpukul di tengah rasa sakit hati yang mendalam, namun mencoba untuk menjadi wanita mandiri, meski tetap dengan caranya sendiri yang aneh dan gila. Harley berusaha switch on dan ingin menunjukkan emansipasi bahwa dirinya bisa sendiri tanpa perlindungan Joker.
Tapi sayangnya, putus dari Joker ternyata berdampak pada status Quinn di kota Gotham. Harley Quinn yang tadinya tidak ada yang berani mengganggunya karena ia merupakan kekasih sang kepala mafia Gotham yang ditakuti. Kini ia tidak lagi kebal dari ancaman kriminal-kriminal jahat, terutama oleh orang-orang yang pernah ia sakiti, seluruh penjahat Gotham memburu Harley Quinn.
Margot Robbie Bersinar dalam ‘Birds of Prey’
Margot Robbie memang begitu mempesona ketika berperan sebagai Harley Quinn, pacar Joker yang urakan dan hiperaktif. Terbukti debutnya di film Suicide Squad yang mana film tersebut kurang diminati publik, tapi tidak dengan penampilan Robbie yang sukses mencuri perhatian dan sangat diapresiasi.
Robbie bahkan memenangkan piala Oscar dalam kategori ‘Best possible conceivable Makeup & Hairstyling’ dimana betapa boomingnya gaya rambut dan tata rias Harley Quinn yang diikuti dikalangan remaja pada saat itu.
Semuanya berawal dari niat Margot Robbie yang memiliki ide proyek yang dikerjakannya selama 3 tahun untuk film solonya ini. Warner Bros langsung memberi lampu hijau dikarenakan pasca “Justice League (2017)” yang gagal same old, DC dan Warner Bros tampaknya fokus pada film-film tunggal mereka. Seakan ingin memulai dari awal lagi konsep universe mereka, seperti yang di lakukannya pada “Joker (2019)”.
Walau kita sudah kenal karakter ini sejak Suicide Squad, namun melalui film Birds of Prey kita baru mutlak mengenal sosok Harley Quinn yang sebenarnya. Harley Quinn bertindak semaunya, enerjik, banyak omong, sadis, pintar, tidak takut apa pun, lincah dan kuat, sentimentil, dan tentu saja, sinting!
Tak banyak komentar, Margot Robbie memang sempurna memerankan sosok gila ini dari ujung kaki hingga rambut. Margot Robbie tidak ada tandingan seakan dia dilahirkan untuk memerankan Harley Quinn.
Perubahan Besar Yang Dibuat Film Untuk Karakter Komik
Film Birds of Prey ini bagi penulis, 100% milik Harley Quinn. Hal inilah yang membuat penggemar DC berang karena harusnya (jika fans komik sudah mengatakan “seharusnya” itu berarti cerita yang benar adalah di komik) Birds of Prey merupakan nama kelompok superhero perempuan tanpa Harley didalamnya.
Namun dalam versi film yang disutradarai oleh Cathy Yan ini, Harley Quinn yang mana seorang penjahat memasukkan dirinya ke dalam cerita.
Pada komiknya, tokoh Harley Quinn sama sekali tidak pernah menjadi anggota tim Birds of Prey. Bahkan, Huntress, Montoya, dan Black Canary sendiri tidak pernah menciptakan nama tim tersebut.
Lebih parah lagi, tokoh Cassandra Cain didekonstruksi habis hingga tidak lagi memiliki referensi dari komik. Padahal di komik, Cain adalah Batgirl yang paling kuat, liar, dan berani. Kisah latar belakang Cain di komik juga jauh lebih apik ketimbang film.
Inilah asalan terbesar fans DC merendahkan film ini. Harley Quinn dibuat menjadi tokoh utama yang sangat menonjol dengan tujuan sebegitu menjualnya karakter Harley Quinn di layar lebar.
Penonton Mudah Mengenal Karakter Harley Quinn
Bagi yang belum mengenal Harley Quinn, tenang saja, karena konsep film Birds of Prey diceritakan dari sudut pandang Harley Quinn. Sejak awal film dimulai, suara harley Quinn sudah membimbing kita untuk memahami secara singkat tentang kehidupan masa lalu dan alasan mengapa ia putus dengan Joker serta bagaimana kejadian per-kejadian dalam film bisa terjadi termasuk mengenalkan semua karakter lainnya.
Film ini disertai keragaman sinematik dan prilaku yang ‘cerewet’ seperti film Deadpool. Karakter dibuat seperti bisa memahami penonton aka ‘4th wall breaker’.
Penceritaannya pun seolah seperti Quinn sedang mendongeng kepada kita para penonton. Cocok dengan isi kepalanya yang campur-campur yang mana ia murni gila tapi pernah jadi psikiater. Elementary ilmu Harley Quinn yang tidak dilupakan di film ini. Karena pengalamannya, Harley memanfaatkan kemampuannya dalam menganalisis orang yang mana akan sering kita temui dalam film ini yang ia gunakan untuk berbagai keperluan seperti membujuk, negosiasi, atau keluar dari situasi sulit.
Dengan cara bertuturnya yang maju mundur, hal ini menunjukkan bagaimana pola pikir seorang Harley Quinn yang ‘manusiawi’, tidak melulu jahat alih-alih sosok bandit. Meski plot non-linear, penulis tidak kebingungan mengikutinya karena penceritaan di setiap scene-nya sangat jelas. Masing-masing memiliki porsi yang pas.
Jadi jangan kaget jika di pertengahan film, alur cerita kembali mundur beberapa kali. Mundurnya alur cerita tersebut untuk memberikan informasi phase terkait latar belakang beberapa tokoh dan penyebab kekacauan yang ada di film terjadi. Sehingga, dalam cerita mereka benar-benar dikisahkan secara utuh yang membuat penonton tidak bertanya-tanya lagi.
Film DC Yang Begitu Berwarna
Kalau selama ini sinematik film DC harus selalu ‘dark’, hal tersebut berbeda dengan Birds of Prey. Dari awal film mulai, kita akan disuguhkan beragam warna yang memanjakan mata dari berbagai aspeknya.
Mulai dari kostum Harley Quinn yang unik, make up dan tata rambut, latar kamar Harley, hingga surroundings kota Gotham yang digambarkan kelam namun penuh warna nan terkomposisi dengan baik. Alih-alih konsepnya fashionable namun nyeleneh, yang mana melihatnya saja membuat penonton eyegasm.
Tak melulu ‘colorfull’, Film Birds of Prey menyajikan adegan laga yang cukup intens bahkan berdarah — menilik rated R. Margot Robbie tampil badass saat melawan musuhnya dengan gaya uniknya, mulai dari senapan penuh glitter, pemukul baseball, hingga bertarung dengan sepatu roda.
Dipadu koreografi yang apik dengan slow-mo yang mendramatisir aksi-aksinya Harley Quinn dengan iringan soundtrack ceria nan centil yang sangat menyatu dan menggambarkan kalau lagu-lagu tersebut Harley Quinn banget!
Banyaknya karakter bisa dijahit dengan rapi oleh Cathy Yan agar semua sesuai porsinya. Black Canary (Jurnee Smollett-Bell) tampil keren saat beraksi. Huntress (Mary Elizabeth Winstead) pun juga mencuri perhatian, sosok yang terlihat misterius tiba-tiba menjadi jenaka saat mengenalkan diri, Siap-siap tertawa! sayangnya mereka tidak mendapatkan banyak porsi, Termasuk kegilaan Ewan McGregor (Roman/Black Mask) yang menawan sebagai musuh utama layaknya Joker namun sedikit dibawahnya. Berhasil dengan perannya yang narsis, sadis, dan mengesalkan bukan number one.
Pemberdayaan Perempuan dan Feminisme
Schedule feminisme jelas merupakan misi utama dari film ini. Tetapi tidak hadir menyebalkan ataupun dijejalkan, melainkan berjalan dengan cukup berbobot.
Dalam banyak film fashionable, narasi feminist seringkali jadi sandungan sebuah penceritaan. Tokoh utama wanitanya akan jatuh sebagai karakter ‘mary sue’ alias karakter yang bisa segala hal dan tokoh-tokoh lain mengalah untuk membuatnya terlihat sempurna. Program cewek harus unggul dari cowok membuat film menjadi timpang.
Masalah ini tidak berlaku pada Birds of Prey. Harley Quinn tidak seketika menjadi ratu jalanan, karena disini akan memperlihatkan prosesnya dengan garansi Harley Quinn yang berada di balik nama Joker sebagai zona nyaman.
Setelah ia ‘out of comfort zone’? Tentu pesan ‘girl empowerment’ mulai ditonjolkan. Dimana masing-masing pemeran utama perempuan dalam film ini memperjuangkan emansipasinya agar mereka bisa hidup mandiri tanpa harus berada di bayang-bayang orang lain.
Lewat pembelajaran yang dilalui oleh Harley Quinn, memperlihatkan kepada kita makna emansipasi menjadi perempuan kuat akan ada banyak tantangan yang mendera. Dan bahkan orang terdekat pun bisa saja tak mempercayai dan berkhianat sehingga mengecilkan rasa semangat. Namun, untuk membuktikan diri sebagai perempuan, adalah sosok yang kuat lebih dari pada yang kalian pikirkan.
Film Birds of Prey tidak berat sama sekali, seluruh penempatannya pas dimana kapan harus aksi, drama, komedi, bahkan maju-mundurnya. Khas karakter Harley Quinn tergambar dengan baik yang konyol dan jenaka. Meskipun gak masuk akal tapi tetap membuat film ini mampu ditonton siapa saja bagi yang tidak mengikuti cerita komik bahkan film-film DC sebelumnya sekalipun. Dengan selipan pesan pemberdayaan diri kepada para wanita di seluruh dunia, menjadikan film ini paket komplit yang pantang untuk dilewatkan.
Penulis memberi nilai film Birds of Prey 8/10.