Amerika Serikat (AS) kini kembali memanas setelah beberapa aksi demonstrasi damai menuntuk keadilan bagi kematian George Floyd yang berakhir ricuh.
Dalam Kerusuhan tersebut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengintensifkan upayanya untuk menyalahkan kelompok “The Antifa.” atau “ANTIFA” sebagai dalang dari aksi kekerasan dan penjarahan yang terjadi pada aksi demonstrasi menuntut keadilan George Floyd.
Presiden Donald Trump di Twitternya juga menyayakan bahwa ANTIFA adalah sebuah organisasi teroris. Di sisi lain Jaksa Agung William P. Barr menegaskan pernyataan Presiden Donald Trump dan menganggap tindakan kelompok ANTIFA sebagai bentuk tindakan “Area Terorism.”
Rencana Trump tersebut banyak menimbulkan tanda tanya besar bagi semua pihak. Pasalnya, The Antifa atau ANTIFA pada dasarnya bukanlah organisasi yang terstruktur, melainkan aksi massa yang muncul tanpa adanya pemimpin dan hierarki organisasi. Selain itu, pengamat menganggap label teroris hanya dialamatkan untuk kelompok milisi di luar negeri, bukan dalam negeri.
Baca Juga Penulisan Alamat Kosta Rika Ini Membuatmu Bingung
Perlu Diketahui George Floyd meninggal karena lehernya dikunci menggunakan lutut oleh polisi yang menangkapnya dengan tuduhan membelanjakan uang palsu di Minneapolis pada awal pekan lalu. Buntut kematian Floyd tersebut, muncul protes antirasialisme di seluruh wilayah AS, bahkan menular ke wilayah lain di dunia termasuk di Eropa.
APA ITU ANTIFA ?
Dikutip dari New York Cases, Antifa adalah singkatan dari Anti-Fasis. Kelompok ini tidak memiliki struktur organisasi dan markas, walau beberapa di antara mereka kerap rapat rutin di negara-negara bagian AS.
Ketika diktator Italia Benito Mussolini mengkonsolidasikan kekuasaannya di bawah Partai Fasis Nasional pada pertengahan 1920-an, gerakan anti-fasis oposisi muncul di Italia dan negara-negara seperti Amerika Serikat. Banyak pemimpin anti-fasis di Amerika Serikat adalah imigran sindikalis, anarkis, dan sosialis dari Italia dengan pengalaman dalam pengorganisasian buruh dan militansi.
Secara ideologis, antifa di Amerika melihat dirinya sebagai penerus aktivis anti-Nazi tahun 1930-an; Kelompok-kelompok aktivis Eropa yang awalnya terorganisir untuk menentang kediktatoran fasis generation Perang Dunia II muncul kembali pada tahun 1970-an dan 1980-an untuk menentang supremasi kulit putih dan orang kulit putih, dan akhirnya menyebar ke Amerika.
Setelah Perang Dunia II, tetapi sebelum perkembangan gerakan antifa fashionable, konfrontasi dengan unsur-unsur fasis berlanjut secara sporadis.
Kolumnis Peter Beinart menulis bahwa
“Di akhir 80-an, penggemar punk sayap kiri di Amerika Serikat mulai mengikuti, meskipun mereka awalnya menyebut kelompok mereka Anti-Racist Motion (ARA) pada teori bahwa orang Amerika akan lebih akrab dengan memerangi rasisme daripada dengan memerangi fasisme.”
Pada akhir 1980-an dan 1990-an, para aktivis ARA melakukan tur dengan band-band punk rock dan skinhead populer untuk mencegah anggota Klan, neo-Nazi, dan berbagai supremasi kulit putih lainnya untuk merekrut.
Moto mereka adalah “Kami pergi ke mana mereka pergi” yang mereka maksudkan adalah bahwa mereka akan berhadapan dengan aktivis sayap kanan dalam konser dan secara aktif mengeluarkan materi mereka dari tempat-tempat umum.
Pada tahun 2002, ARA mengacaukan pidato di Pennsylvania oleh Matthew F. Hale, kepala kelompok supremasi kulit putih Gereja Dunia Sang Pencipta, yang mengakibatkan perkelahian dan dua puluh lima penangkapan. [35] Salah satu kelompok antifa paling awal di AS adalah Rose The city Antifa, yang dibentuk di Portland, Oregon pada 2007.
Kelompok-kelompok antifa lain di AS memiliki silsilah lain, misalnya di Minneapolis, Minnesota, di mana sebuah kelompok bernama the Baldies dibentuk pada tahun 1987 dengan maksud untuk melawan kelompok-kelompok neo-Nazi secara langsung.