Menjaga Tradisi Ritual Adat Suku Dayak Tomun "Babantan Laman"
Kelestarian adat budaya harus tetap dijaga sebagai wujud kecintaan terhadap tanah air Indonesia. Salah satu tradisi nenek moyang suku dayak Tomun yang hingga kini masih dijaga keutuhannya adalah ritual Babantan Laman.
Dayak Tomun yang berada di Kecamatan Delang secara kontinyu menjaga tradisi nenek moyang dengan mengadakan ritual tiap tahunya. Yakni pada tanggal 7 bulan 7 (Juli). Lantas, kenapa mengambil tanggal 7 bulan 7?
Bahkan, saat pandemi covid-19, masyarakat setempat tetap menjaga tradisi nenek moyang dengan menjalankan ritual Babantan Laman.
Apa itu Babantan Laman?
Babantan Laman, menurut para tokoh adat suku Dayak Tomun adalah sebuah rangkaian upacara adat yang bertujuan membersihkan laman (desa).
Artinya, tradisi ini dilaksanakan di setiap desa dengan tujuan selain untuk mengenang dan menjaga kelestarian budaya leluhur, juga bermaksud memanjatkan doa-doa untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat suku Dayak Tomun.
Kepala Dinas Pariwisata Lamandau, Meigo melalui Kasi Tata Kelola Destinasi, Edmond Lamey Mambat menyampaikan bahwa tradisi Babantan Laman merupakan ritual adat turum temurun sejak jaman nenek moyang yang terus dilestarikan oleh hampir seluruh desa di Kabupaten Lamandau.
"Inti dari ritual ini adalah pemanjatan doa agar laman/desa terhindar dari berbagai bencana, dan tahun ini ritual dilaksanakan terbatas, karena masih dalam situasi pandemi Covid- 19, tentunya tanpa mengurangi prosesi-prosesi pokok," ungkapnya.
Apa saja Prosesi dalam Babantan Laman?
Edmond menjelaskan bahwa dalam tradisi Babantan Laman digelar bermacam ritual yang dipimpin oleh mantir adat setempat.
Ritual seperti puasa dan beberapa pantangan dilakukan, membersihkan pusaka desa, hingga arak-arakan mengantarkan sesaji ke beberapa tempat yang secara turun temurun dipercaya oleh pemeluk agama Kaharingan sebagai tempat keramat.
Dilaksanakan tiap tanggal 7 di bulan Juli.
"Setiap desa di Kecamatan Delang melaksanakan Babantan Laman setiap tanggal 7 Juli, setiap tahun, sedangkan didesa lain jadwalnya berubah setiap tahun," jelasnya.
Semestinya, beber Edmond lagi, runutan ritual ini dilaksanakan dalam kurun waktu seminggu, dan tanggal 7 Juli adalah puncak perayaan.
"Masyarakat adat Dayak di Delang meyakini angka ganjil memiliki keistimewaan, terutama angka 7 ini, itu yg menjadikan tanggal 7 bulan 7 menjadi puncak Babantan Laman," bebernya.
Babantan Laman Tetap diadakan di tengah Covid-19.
Tahun 2021 ini, ujar Dia, ritual dilaksanakan terbatas dan diutamakan hanya bagi pengurus adat. Dan banyak mengkhususkan doa agar wabah covid-19 segera berlalu. Sejak ratusan tahun, secara turun temurun, majelis adat kaharingan hanya mengandalkan gotong royong untuk pelaksanaannya.
"Dispar Lamandau sendiri telah mensupport kegiatan itu sejak 2021 lalu, dan terus berupaya agar tradisi Babantan Laman tidak akan tergerus oleh zaman," ujarnya.
Wisatawan Batal berkunjung ke Delang untuk melihat Babantan Laman
Menurut Edmond, tahun ini sebenarnya ada beberapa wisatawan yang booked ke desa wisata Lopus dan Riam Tinggi Kecamatan Delang untuk menyaksikan ritual Babantan Laman, namun terkendala situasi Covid- 19 terpaksa dibatalkan.
"Kita berharap pandemi ini segera usai, dan dunia pariwisata di Lamandau dapat kembali bangkit dan menarik wisatawan untuk menikmati keunikan budaya dan keindahan alam Bumi Bahaum Bakuba," tukas Edmond.