Mungkin dalam waktu dekat
kau akan kubiasakan tak lagi hinggap di dalam kepala,
tak lagi muncul tiba-tiba di halaman ingatan
dengan semua tentang kita.
Ada yang perlu kuselamatkan lebih dulu daripada rasa sakitku sendiri—hati.
Tidak usah beranggapan aku akan melangkah jauh.
Kau tak akan pernah paham bagaimana sulitnya mempercayai bahwa apa yang sudah ku sanggupkan menjadi sungguh
Akhirnya rapuh di seluruh.
Aku juga tak akan pernah memintamu untuk menjauh.
Cukup dengan tak hadir kembali di depanku, bercerita perihal perasaan dan semua yang pernah terjadi dulu.
Aku tak ingin mengenangnya. Sama hal dengan aku tak ingin lagi bertanya perihal kabarmu. Sebab tahu keberadaanmu kurasa tak lagi perlu.
Meleburkan diriku dalam keramaian, berusaha membunuh hampa yang terjadi setelah kita tiada.
Kupikir satu-satunya cara agar sepi itu tak terlalu kurasa.
Hingga aku mendapatkan lagi kenyaman diriku
tanpa hal-hal yang membelenggu oleh sebab ulahmu
Tanpa adalagi sepotong kenang yang menghampar di luas rindu
Sungguh,
Aku ingin sesegera mungkin lepas dari segalamu yang masih saja hidup di tubuhku dengan utuh.
Terlalu mudah bagiku menuangkannya ke dalam kata-kata. Sementara nyatanya, segalanya adalah dusta.
Bahkan pada huruf-huruf yang tercipta, segala tentangmu datang menemuiku. Menyuguhkan kembali rasa sepi. Kemudian rindu yang semakin menjadi datang menghampiri.
Mungkin ada yang lupa aku pahami. Semakin aku berusaha pergi, luka itu terkoyak kembali.
Satu-satunya cara yang bisa ku lakukan adalah berdamai dengan luka dan menikmati rasa sakitnya. Hingga nanti, hingga terbiasa. Lalu benar-benar tersadar bahwa kita tak lagi ada.
by: @pengedar.diksi & SatuHuruf
#poetry #photography #phosphenous
Source
@arvin_setiardi
@alifasalf
@devitaanjanii
@perdiansyah2702
@laily6804
☺
ka id line line@ nya apa kak
Untuk mu nona @mifthans
@elyachyrn_
line nya apa ya
☺️💔
@yosia_nainggolan 😢
@reginameridaa jos