Jika jalan dalam kota belum diaspal, jalan menuju kota Bula dari arah Ambon sudah diaspal halus. Saya yakin aspal ini awet jika memang sesuai standart, karena dalam 1 jam belum pasti ada 5 kendaraan yang lewat. Apalagi malam hari. Jalan aspal menyusuri tengah hutan memudahkan kami berburu burung. Tidak perlu masuk hutan berjalan kaki melalui semak belukar, namun cukup dari pinggir jalan untuk menentukan bidikan.
Jalan aspal keluar kota harus terputus saat melewati sungai. Salah satunya sungai boby. Kami melalui sungai ini dengan motor. Tapi motor dipanggul penduduk kampung sekitar yang merupakan daerah transmigrasi. Nama desanya keren. JAKARTA BARU. Meskipun sebagian besar penduduknya bukan berasal dari Jakarta. Saat itu pengerjaan jembatan masih setengah. Moga-moga sekarang udah kelar dan transportasi lebih lancar.
Yang jadi masalah kalo motor mogok. Hmm repot karena ditengah hutan. jadi harus bisa tangani sendiri. Paling tidak buat sampai di desa terdekat. Mogok ditengah hutan tentu serem. Apalagi nunggu orang lewat belum tentu ada 1 jam sekali. Namun alhamdulilah bisa diperbaiki. Bisa jalan lagi meski ndak sekolah STM.
Akhirnya sempat mengunjungi desa Banggoi. Salah satu desa transmigrasi di SBT. Desa ini merupakan lumbung kota Bula. Sayur dan beras diperoleh dari desa ini yang terbatas oleh sungai boby. Jarak dari kota Bula sekitar 4 jam perjalanan. Yang bikin lama meberang sungai dan sebagian jalan masih berbatu. Seger bisa nongkrong di bendungan yang rencananya untuk suplai air pertanian. Tapi ndak berfungsi maksimal karena banyaknya batu yang menutupi bendungan. Jadinya bendungan batu bukan bendungan air. Alhasil di musim kemarau tetep minim air untuk pertanian. Padahal katanya yang resmikan Ibu Megawati Lho. Meski cuma via teleconference dari Ambon.
Sumber: gurusmk.wordpress.com 03-06-2021